Asal Usul Suku Batak

Asal Usul Suku Batak - Berbicara mengenai sejarah Batak, sangat banyak literatur-literatur dan artikel-artikel yang kita temui mengenai hal tersebut, sementara dikalangan Orang Batak sendiri, cukup banyak cerita-cerita yang secara turun temurun diwariskan kepada keturunannya mengenai asal-usul Batak itu sendiri.

Maka dari itu tulisan mengenai sejarah ini dibagi kedalam dua bagian, sejarah berdasarkan penelitian ataupun bukti-bukti sejarah di masa lampau, kemudian sejarah berdasarkan cerita ataupun mitos yang diwariskan secara turun-temurun kepada Orang Batak.
Asal Usul Suku Batak
 —————————————————————————–

1. Sejarah Berdasarkan Penelitian

Berbicara mengenai sejarah Orang Batak, kita mengenal istilah nenek moyang. Nenek moyang Orang Batak disebut sebagai Raja Batak, pertanyaan yang timbul adalah, dari mana asal Si Raja Batak tersebut dan dari mana asal kata “Batak” itu sendiri?

Raja Batak
Istilah atau sebutan Raja Batak sebagai Nenek Moyang Orang Batak bukanlah karena Ia seorang Raja, istilah ini disematkan sebagai penghormatan kepada leluhur, karena memang belum pernah ada bukti sejarah yang ditemukan mengenai adanya suatu kerajaan yang disebut Kerajaan Batak, hal ini diikuti pula dengan pemberian gelar Raja untuk leluhur masing-masing di tiap Marga.

Megenai asalnya sendiri, cukup banyak pendapat-pendapat dan teori yang menyebutkan mengenai asal dari si Raja Batak tersebut. Berdasarkan kutipan dari artikel yang dimuat oleh surat kabar Suara Pembaruan pada tanggal 29 Januari 2005, Si Raja Batak diperkirakan hidup pada awal abad ke-13 (sekitar tahun 1200 Masehi). Ia diperkirakan adalah seorang pejabat di sebuah kerajaan yang berada di timur Danau Toba (Simalungun sekarang), informasi ini didapat berdasarkan sebuah prasasti yang ditemukan di Portibi bertahun 1208 yang dibaca Prof. Nilakantisasri (Guru Besar Purbakala dari Madras, India), dalam prasasti tersebut dijelaskan bahwa pada tahun 1024 kerajaan Cola dari India menyerang Sriwijaya yang menyebabkan bermukimnya 1.500 orang Tamil di Barus.

Pada tahun 1275, Majapahit menyerang Sriwijaya, hingga menguasai daerah Pane, Haru, Padang Lawas. Sekitar tahun 1400, kerajaan Nakur berkuasa di sebelah timur Danau Toba, dan sebagian Aceh. Akibat serangan Majapahit ke Sriwijaya, si Raja Batak yang ketika itu pejabat Sriwijaya, ditempatkan di Portibi, Padang Lawas, dan sebelah timur Danau Toba (Simalungun).

Versi lain menyebutkan bahwa Si Raja Batak dan rombongannya datang dari Thailand, terus ke Semenanjung Malaysia lalu menyeberang ke Sumatera dan menghuni Sianjur Mula Mula, lebih kurang 8 km arah Barat Pangururan, pinggiran Danau Toba sekarang. Versi lainnya mengatakan Si Raja Batak datang dari India melalui Barus atau dari Alas Gayo berkelana ke Selatan hingga bermukim di pinggir Danau Toba.

Asal Usul Suku Batak

Asal dan Arti Kata Batak

Ada berbagai pendapat mengenai asal dan arti kata Batak, menurut Ichwan Azhari, seorang Sejarawan dari Universitas Medan (Unimed) seperti dikutip oleh MedanBisnis pada tanggal 15 November 2010 diungkapkan bahwa istilah Batak sebagai sebutan terhadap etnis Batak ternyata tidak berasal dari orang Batak sendiri. Istilah itu diciptakan atau dikonstruksi oleh para musafir barat dan kemudian dikukuhkan oleh misionaris Jerman yang datang ke tanah Batak pada 1860-an.

Ichwan yang melakukan penelitian pada arsip misionaris di Wuppertal, Jerman, sumber-sumber lisan dan tertulis terutama di dalam pustaha (tulisan tangan asli Batak), arsip KITLV di Belanda, mewawancari sejumlah pakar ahli Batak di Belanda dan Jerman, seperti Johan Angerler dan Lothar Schreiner, Ia juga meneliti pada sumber-sumber manuskrip Melayu klasik.

Namun hasil penelitian tersebut mendapatkan tanggapan negatif dari kalangan Orang Batak sendiri karena sebagaimana lebih lanjut diungkapkan oleh Ichwan, kata Batak dahulu sering kali diartikan negatif sebagai penduduk yang tinggal di rimba pedalaman.

Sedangkan pada versi lain berdasarkan penelitian, Batak diartikan sebagai orang yang pandai berkuda. Pada umumnya kata Batak meyiratkan definisi-definisi tentang keberanian atau keperkasaan. Sebab menurut Amborsius Hutabarat dalam sebuah catatannya di surat kabar Bintang Batak tahun 1938 menyimpulkan, pengertian Batak sebagai orang yang mahir menaiki kuda memberi gambaran pula bahwa suku itu dikenal sebagai suku yang memiliki jiwa keras, berani, perkasa. Kuda merupakan perlambang kejantanan, keberanian di medan perang, atau kegagahan dalam menghadapi bahaya/rintangan.

Di Filipina konon ada satu pulau yang bernama Batac (huruf “c” dibelakang). Di pulau itulah terdapat masyarakat yang banyak memiliki persamaan budaya dan bahasa dengan orang Batak Toba di Sumatera Utara. Konon pengertian kata “batac” di sana juga mencerminkan makna sesuatu yang kokoh, kuat, tegar, berani, perkasa? Seperti pernah diturunkan dalam satu tulisan di media Liputan Bona Pasogit beberapa waktu lalu, orang Pilipina terutama yang berasal dari kawasan daerah Batac di sana, merasa berada di negaranya saat berkunjung ke Sumatera Utara. Mereka menemukan pula sejumlah perkataan yang sebutan dan artinya sama dengan yang ada di negaranya. Misalnya kata “mangan” (makan), “inong” (inang), “ulu” (kepala), “sangsang” (daging babi cincang dimasak pakai darahnya) dan banyak lagi.

Apakah ada pula hubungan kata Batak dengan “batu bata” atau batako (batu yang dibuat persegi empat memakai semen) yang digunakan untuk bangun-bangunan? Belum diketahui persis. Tapi arti kata “batu bata” dari “batako” juga dilukiskan sebagai bermakna kuat, kokoh, tahan lama. Sehingga bisa juga mendekati pengertian Batohan pada bahasa Simalungun.

Cerita Legenda di Kalangan Orang Batak

Konon di atas langit (Banua Ginjang, Nagori Atas) ada seekor ayam bernama “Manuk Manuk Hulambujati” (MMH) berbadan sebesar kupu-kupu raksasa, namun telurnya sebesar periuk tanah. MMH tidak tahu bagaimana mengerami 3 butir telurnya yang sangat besar, sehingga ia bertanya kepada Mulajadi Na Bolon (Maha Pencipta) bagaimana caranya agar ketiga telur tersebut dapat dierami dan menetas.

Mulajadi Na Bolon berkata, “Eramilah seperti biasa, telur itu akan menetas!” Dan ketika menetas, MMH sangat terkejut karena ia tidak mengenal ketiga makhluk yang keluar dari telur yang ia erami. Kembali ia bertanya kepada Mulajadi Nabolon mengapa demikian? dan atas perintah Mulajadi Na Bolon, MMH memberi nama ketiga makhluk (manusia) tsb. Yang pertama lahir diberi nama TUAN BATARA GURU, yang kedua OMPU TUAN SORIPADA, dan yang ketiga OMPU TUAN MANGALABULAN, ketiganya adalah laki-laki.

Setelah ketiga putranya dewasa, ia merasa bahwa mereka memerlukan seorang pendamping wanita. MMH kembali memohon pada Mulajadi Na Bolon yang akhirnya mengirimkan 3 wanita cantik : SIBORU PAREME untuk istri Tuan Batara Guru, yang melahirkan 2 anak laki laki diberi nama TUAN SORI MUHAMMAD, dan DATU TANTAN DEBATA GURU MULIA dan 2 anak perempuan kembar bernama SIBORU SORBAJATI dan SIBORU DEAK PARUJAR. Anak kedua MMH, Tuan Soripada diberi istri bernama SIBORU PAROROT yang melahirkan anak laki-laki bernama TUAN SORIMANGARAJA sedangkan anak ketiga, Ompu Tuan Mangalabulan, diberi istri bernama SIBORU PANUTURI yang melahirkan TUAN DIPAMPAT TINGGI SABULAN.

Singkat cerita,
Dari pasangan Ompu Tuan Soripada-Siboru Parorot, lahir anak ke-5 namun karena wujudnya seperti kadal, Ompu Tuan Soripada menghadap Mulajadi Na Bolon (Maha Pencipta) dan mengadukan nasib putra kelimanya itu.

“Tidak apa apa, berilah nama SIRAJA ENDA ENDA,” kata Mulajadi Na Bolon. Setelah anak-anak mereka dewasa, Ompu Tuan Soripada mendatangi abangnya, Tuan Batara Guru menanyakan bagaimana agar anak-anak mereka dinikahkan.

“Nikah dengan siapa? Anak perempuan saya mau dinikahkan kepada laki-laki mana?” tanya Tuan Batara Guru.

“Bagaimana kalau putri abang SIBORU SORBAJATI dikawinkan dengan anak saya Siraja Enda-Enda. Mas kawin apapun akan kami penuhi, tetapi syaratnya putri Tuan Batara Guru yang mendatangi putra saya,” kata Tuan Soripada agak kuatir, karena putranya berwujud kadal.

Akhirnya mereka sepakat. Pada waktu yang ditentukan Siboru Sorbajati mendatangai rumah Siraja Enda Enda dan sebelum masuk, dari luar ia bertanya apakah benar mereka dijodohkan. Siraja Enda Enda mengatakan benar, dan ia sangat gembira atas kedatangan calon istrinya. Dipersilakannya Siboru Sorbajati naik ke rumah. Namun betapa terperanjatnya Siboru Sorbajati karena melihat calon suaminya itu ternyata berwujud kadal.

Dengan perasaan kecewa ia pulang mengadu kepada kakaknya Datu Tantan Debata.
“Lebih baik mati daripada kawin dengan kadal,” kata Siboru Sorbajati terisak-isak.
“Jangan begitu adikku,” kata Datu Tantan Debata. “Kami semua telah menyetujui bahwa itulah calon suamimu. Mas kawin yang sudah diterima ayah akan kita kembalikan 2 kali lipat jika kamu menolak jadi istri Siraja Enda Enda.” tukas Datu Tantan Debata

Siboru Sorbajati tetap menolak. Namun karena terus-menerus dibujuk, akhirnya hatinya luluh.Tapi ia minta agar menggelar “gondang” karena ia ingin “manortor” (menari) semalam suntuk.
Permintaan itu dipenuhi Tuan Batara Guru. Maka sepanjang malam, Siboru Sorbajati manortor di hadapan keluarganya.

Menjelang matahari terbit, tiba-tiba tariannya (tortor) mulai aneh, tiba-tiba ia melompat ke “para-para” dan dari sana ia melompat ke “bonggor” kemudian ke halaman dan yang mengejutkan tubuhnya mendadak tertancap ke dalam tanah dan hilang terkubur!

Keluarga Ompu Tuan Soripada amat terkejut mendengar calon menantunya hilang terkubur dan menuntut agar Keluarga Tuan Batara Guru memberikan putri ke-2 nya, Siboru Deak Parujar untuk Siraja Enda Enda.
Sama seperti Siboru Sorbajati, ia menolak keras. Namun karena didesak terus, ia akhirnya mengalah tetapi syaratnya orang tuanya harus menggelar “gondang” semalam suntuk karena ia ingin “manortor” juga. Sama dengan kakaknya, menjelang matahari terbit tortornya mulai aneh dan mendadak ia melompat ke halaman dan menghilang ke arah laut di benua tengah (Banua Tonga).

Di tengah laut ia digigit lumba-lumba dan binatang laut lainnya dan ketika burung layang-layang lewat, ia minta bantuan diberikan tanah untuk tempat berpijak.

Sayangnya, tanah yang dibawa burung layang-layang hancur karena digoncang NAGA PADOHA. Siboru Deak Parujar menemui Naga Padoha agar tidak menggoncang Banua Tonga.”Sebenarnya aku tidak sengaja, kakiku rematik. Tolonglah sembuhkan,” ujar Naga Padoha ketika dijumpai Siboru Deak Parujar.
Siboru Deak Parujar berhasil menyembuhkan dan kepada Mulajadi Na Bolon dia meminta alat pemasung untuk memasung Naga Padoha agar tidak mengganggu. Naga Padoha berhasil dipasung hingga ditimbun dengan tanah dan terbenam ke benua tengah (Banua Toru). Bila terjadi gempa, itu pertanda Naga Padoha sedang meronta di bawah sana.

Alkisah, Mulajadi Na Bolon menyuruh Siboru Deak Parujar kembali ke Benua Atas. Karena lebih senang tinggal di Banua Tonga (bumi), Mulajadi Na Bolon mengutus RAJA ODAP ODAP untuk menjadi suaminya dan mereka tinggal di SIANJUR MULA MULA di kaki gunung Pusuk Buhit.
Dari perkawinan mereka lahir 2 anak kembar : RAJA IHAT MANISIA (laki-laki) dan BORU ITAM MANISIA (perempuan).

Tidak dijelaskan Raja Ihat Manisia kawin dengan siapa, ia mempunyai 3 anak laki laki : RAJA MIOK MIOK, PATUNDAL NA BEGU dan AJI LAPAS LAPAS. Raja Miok Miok tinggal di Sianjur Mula Mula, karena 2 saudaranya pergi merantau karena mereka berselisih paham.

Raja Miok Miok mempunyai anak laki-laki bernama ENGBANUA, dan 3 cucu dari Engbanua yaitu : RAJA UJUNG, RAJA BONANG BONANG dan RAJA JAU. Konon Raja Ujung menjadi leluhur orang Aceh dan Raja Jau menjadi leluhur orang Nias. Sedangkan Raja Bonang Bonang (anak ke-2) memiliki anak bernama RAJA TANTAN DEBATA, dan anak dari Tantan Debata inilah disebut SI RAJA BATAK, yang menjadi leluhur orang batak dan berdiam di Sianjur Mula Mula di Kaki Gunung Pusuk Buhit.

(berbagai sumber)
emakan waktu 2.000 tahun. Oleh karena itu banyak kebudayaan suku Mansyuria ini yang hilang dimakan waktu, meskipun ada beberapa yang masih lestari.

Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/10/asal-usul-suku-batak-karo-mandailing.html
Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.
Asal usul suku Batak yang kini hidup di Sumatera Utara dan sekitarnya sudah mulai terkuak. Sejumlah fakta dan penelitian yang dilakukan lintas regional, mulai dari dataran pengungan di Tibet Utara, Kamboja, Thailand, Sulawesi hingga daerah Gayo di Aceh menunjukan jika nenek moyang orang Batak sebetulnya berasal dari suku Mansyuria, Ras Mongolia. Fakta ini diungkap Prof. DR. Bungaran Antonius Simanjuntak, seorang Guru Besar Sosiologi dan Antropologi dari Universitas Negeri Medan. Dalam makalahnya yang berjudul “Asal Usul Orang Batak dalam Sejarah Kuno dan Modern” ia menjelaskan secara rinci tentang hasil penelitiannya itu. Asal Usul Suku Batak Dalam makalahnya, Prof. Bungaran menjelaskan jika asal usul orang Batak bermula ketika nenek moyangnya diusir dari tanah leluhurnya oleh orang-orang suku Barbar. Pengusiran itu dilakukan suku Barbar karena ingin memperluas daerah kekuasaannya di Utara Tibet. Asal Usul Suku Batak Dengan terpaksa, suku Mansyuria pun bermigrasi. Mereka pindah ke selatan Tibet melalui China. Untuk mengenang peristiwa pengusiran itu, mereka kemudian menamai sebuah danau dengan nama Toba Tartar, nama danau yang masih tetap lestari dan dapat kita temui hingga saat ini. Tidak cukup dengan menguasai tanah nenek moyang suku Mansyuria, orang-orang suku Barbar juga terus mengusik keberadaan orang-orang Mansyuria. Mereka terus-terusan mengejar suku Mansyuria hingga tempat jauh di selatan Tibet, tepatmya di daerah Kamboja dan Indocina. Semenjak saat itu, suku mansyuria menjadi manusia kapal. Mereka menaiki bahtera untuk menuju Philiphina dan sebagian lagi ke Sulawesi Utara. Hal ini dibuktikan dengan adanya kesamaan antara kebudayaan suku Toraja di Sulawesi denga suku Dongson di Philiphina. Dari kedua tempat itu, mereka terus beranak pinak dan menyebar ke beberapa wilayah di Nusantara.[Baca: Asal Usul Nenek Moyang Indonesia] Sebagian kelompok dari Suku Mansyuria itu kemudian berlayar semakin ke selatan, hingga mencapai dan berlabuh di tanah Sulawesi Selatan (dibuktikan dengan kesamaan logat bahasa Saat ini). Sebagian dari kelompok itu menetap di sana, dan sebagian lagi meneruskan perjalanan untuk menemukan daerah baru yang semakin jauh dengan kebiadaban suku Barbar. Asal Usul Suku Batak Mereka berlayar mengikuti arah angin. Melewati laut Jawa dan pantai timur Sumatera mereka kemudian tiba di teluk Aru, Aceh. Dari sini, mereka terus bermigrasi naik ke dataran yang lebih tinggi hingga sampailah mereka di Tanah Karo dan Pusuk Buhit. Keturunan suku Mansyuria yang menjadi asal usul orang Batak ini terus hidup berpindah-pindah, menyebar di sekitaran Sumatera Utara, beranak pinak, dan membentuk kebudayaannya sendiri yang kemudian berkembang menjadi kebudayaan Batak. [Baca : Rumah Adat Batak Sumatera Utara] Asal Usul Suku Batak Lama perjalanan migrasi yang dilakukan suku Mansyuria dari tanah leluhurnya di Utara Tibet hingga keturunannya sampai dan menetap di Tanah Karo dan Pusuk Buhit diperkirakan memakan waktu 2.000 tahun. Oleh karena itu banyak kebudayaan suku Mansyuria ini yang hilang dimakan waktu, meskipun ada beberapa yang masih lestari. Nah, demikianlah sejarah asal usul orang Batak dan perjalanannya menyusuri lintas benua dan lintas waktu. Meskipun ada beberapa pendapat yang menyatakan jika orang Batak merupakan salah satu suku Yahudi yang hilang, namun teori asal usul orang batak yang dikemukakan oleh Prof. Bungaran ini adalah teori terkuat karena memiliki banyak sekali bukti pendukung. Semoga bermanfaat.

Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/10/asal-usul-suku-batak-karo-mandailing.html
Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.
Asal usul suku Batak yang kini hidup di Sumatera Utara dan sekitarnya sudah mulai terkuak. Sejumlah fakta dan penelitian yang dilakukan lintas regional, mulai dari dataran pengungan di Tibet Utara, Kamboja, Thailand, Sulawesi hingga daerah Gayo di Aceh menunjukan jika nenek moyang orang Batak sebetulnya berasal dari suku Mansyuria, Ras Mongolia. Fakta ini diungkap Prof. DR. Bungaran Antonius Simanjuntak, seorang Guru Besar Sosiologi dan Antropologi dari Universitas Negeri Medan. Dalam makalahnya yang berjudul “Asal Usul Orang Batak dalam Sejarah Kuno dan Modern” ia menjelaskan secara rinci tentang hasil penelitiannya itu. Asal Usul Suku Batak Dalam makalahnya, Prof. Bungaran menjelaskan jika asal usul orang Batak bermula ketika nenek moyangnya diusir dari tanah leluhurnya oleh orang-orang suku Barbar. Pengusiran itu dilakukan suku Barbar karena ingin memperluas daerah kekuasaannya di Utara Tibet. Asal Usul Suku Batak Dengan terpaksa, suku Mansyuria pun bermigrasi. Mereka pindah ke selatan Tibet melalui China. Untuk mengenang peristiwa pengusiran itu, mereka kemudian menamai sebuah danau dengan nama Toba Tartar, nama danau yang masih tetap lestari dan dapat kita temui hingga saat ini. Tidak cukup dengan menguasai tanah nenek moyang suku Mansyuria, orang-orang suku Barbar juga terus mengusik keberadaan orang-orang Mansyuria. Mereka terus-terusan mengejar suku Mansyuria hingga tempat jauh di selatan Tibet, tepatmya di daerah Kamboja dan Indocina. Semenjak saat itu, suku mansyuria menjadi manusia kapal. Mereka menaiki bahtera untuk menuju Philiphina dan sebagian lagi ke Sulawesi Utara. Hal ini dibuktikan dengan adanya kesamaan antara kebudayaan suku Toraja di Sulawesi denga suku Dongson di Philiphina. Dari kedua tempat itu, mereka terus beranak pinak dan menyebar ke beberapa wilayah di Nusantara.[Baca: Asal Usul Nenek Moyang Indonesia] Sebagian kelompok dari Suku Mansyuria itu kemudian berlayar semakin ke selatan, hingga mencapai dan berlabuh di tanah Sulawesi Selatan (dibuktikan dengan kesamaan logat bahasa Saat ini). Sebagian dari kelompok itu menetap di sana, dan sebagian lagi meneruskan perjalanan untuk menemukan daerah baru yang semakin jauh dengan kebiadaban suku Barbar. Asal Usul Suku Batak Mereka berlayar mengikuti arah angin. Melewati laut Jawa dan pantai timur Sumatera mereka kemudian tiba di teluk Aru, Aceh. Dari sini, mereka terus bermigrasi naik ke dataran yang lebih tinggi hingga sampailah mereka di Tanah Karo dan Pusuk Buhit. Keturunan suku Mansyuria yang menjadi asal usul orang Batak ini terus hidup berpindah-pindah, menyebar di sekitaran Sumatera Utara, beranak pinak, dan membentuk kebudayaannya sendiri yang kemudian berkembang menjadi kebudayaan Batak. [Baca : Rumah Adat Batak Sumatera Utara] Asal Usul Suku Batak Lama perjalanan migrasi yang dilakukan suku Mansyuria dari tanah leluhurnya di Utara Tibet hingga keturunannya sampai dan menetap di Tanah Karo dan Pusuk Buhit diperkirakan memakan waktu 2.000 tahun. Oleh karena itu banyak kebudayaan suku Mansyuria ini yang hilang dimakan waktu, meskipun ada beberapa yang masih lestari. Nah, demikianlah sejarah asal usul orang Batak dan perjalanannya menyusuri lintas benua dan lintas waktu. Meskipun ada beberapa pendapat yang menyatakan jika orang Batak merupakan salah satu suku Yahudi yang hilang, namun teori asal usul orang batak yang dikemukakan oleh Prof. Bungaran ini adalah teori terkuat karena memiliki banyak sekali bukti pendukung. Semoga bermanfaat.

Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/10/asal-usul-suku-batak-karo-mandailing.html
Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.
Asal usul suku Batak yang kini hidup di Sumatera Utara dan sekitarnya sudah mulai terkuak. Sejumlah fakta dan penelitian yang dilakukan lintas regional, mulai dari dataran pengungan di Tibet Utara, Kamboja, Thailand, Sulawesi hingga daerah Gayo di Aceh menunjukan jika nenek moyang orang Batak sebetulnya berasal dari suku Mansyuria, Ras Mongolia. Fakta ini diungkap Prof. DR. Bungaran Antonius Simanjuntak, seorang Guru Besar Sosiologi dan Antropologi dari Universitas Negeri Medan. Dalam makalahnya yang berjudul “Asal Usul Orang Batak dalam Sejarah Kuno dan Modern” ia menjelaskan secara rinci tentang hasil penelitiannya itu. Asal Usul Suku Batak Dalam makalahnya, Prof. Bungaran menjelaskan jika asal usul orang Batak bermula ketika nenek moyangnya diusir dari tanah leluhurnya oleh orang-orang suku Barbar. Pengusiran itu dilakukan suku Barbar karena ingin memperluas daerah kekuasaannya di Utara Tibet. Asal Usul Suku Batak Dengan terpaksa, suku Mansyuria pun bermigrasi. Mereka pindah ke selatan Tibet melalui China. Untuk mengenang peristiwa pengusiran itu, mereka kemudian menamai sebuah danau dengan nama Toba Tartar, nama danau yang masih tetap lestari dan dapat kita temui hingga saat ini. Tidak cukup dengan menguasai tanah nenek moyang suku Mansyuria, orang-orang suku Barbar juga terus mengusik keberadaan orang-orang Mansyuria. Mereka terus-terusan mengejar suku Mansyuria hingga tempat jauh di selatan Tibet, tepatmya di daerah Kamboja dan Indocina. Semenjak saat itu, suku mansyuria menjadi manusia kapal. Mereka menaiki bahtera untuk menuju Philiphina dan sebagian lagi ke Sulawesi Utara. Hal ini dibuktikan dengan adanya kesamaan antara kebudayaan suku Toraja di Sulawesi denga suku Dongson di Philiphina. Dari kedua tempat itu, mereka terus beranak pinak dan menyebar ke beberapa wilayah di Nusantara.[Baca: Asal Usul Nenek Moyang Indonesia] Sebagian kelompok dari Suku Mansyuria itu kemudian berlayar semakin ke selatan, hingga mencapai dan berlabuh di tanah Sulawesi Selatan (dibuktikan dengan kesamaan logat bahasa Saat ini). Sebagian dari kelompok itu menetap di sana, dan sebagian lagi meneruskan perjalanan untuk menemukan daerah baru yang semakin jauh dengan kebiadaban suku Barbar. Asal Usul Suku Batak Mereka berlayar mengikuti arah angin. Melewati laut Jawa dan pantai timur Sumatera mereka kemudian tiba di teluk Aru, Aceh. Dari sini, mereka terus bermigrasi naik ke dataran yang lebih tinggi hingga sampailah mereka di Tanah Karo dan Pusuk Buhit. Keturunan suku Mansyuria yang menjadi asal usul orang Batak ini terus hidup berpindah-pindah, menyebar di sekitaran Sumatera Utara, beranak pinak, dan membentuk kebudayaannya sendiri yang kemudian berkembang menjadi kebudayaan Batak. [Baca : Rumah Adat Batak Sumatera Utara] Asal Usul Suku Batak Lama perjalanan migrasi yang dilakukan suku Mansyuria dari tanah leluhurnya di Utara Tibet hingga keturunannya sampai dan menetap di Tanah Karo dan Pusuk Buhit diperkirakan memakan waktu 2.000 tahun. Oleh karena itu banyak kebudayaan suku Mansyuria ini yang hilang dimakan waktu, meskipun ada beberapa yang masih lestari. Nah, demikianlah sejarah asal usul orang Batak dan perjalanannya menyusuri lintas benua dan lintas waktu. Meskipun ada beberapa pendapat yang menyatakan jika orang Batak merupakan salah satu suku Yahudi yang hilang, namun teori asal usul orang batak yang dikemukakan oleh Prof. Bungaran ini adalah teori terkuat karena memiliki banyak sekali bukti pendukung. Semoga bermanfaat.

Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/10/asal-usul-suku-batak-karo-mandailing.html
Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

3 Responses to "Asal Usul Suku Batak"

  1. Bonang-bonang (Sori Mangaraja II)Kakek Raja Batak dan Sinambeuk (Tantan Debata) Ayah Raja Batak mati terbunuh di Barus karena diserang Orang Pagaruyung yg dibantu Orang Guzarat, Raja Batak lari ke Sianjur Mula-mula dan di Barus berdiri Kerajaan Fansur (Paccur). Kerajaan Pea Langge berdiri di Utara Barus dengan rajanya UTI (Uteh)

    ReplyDelete
  2. Bonang-bonang (Sori Mangaraja II)Kakek Raja Batak dan Sinambeuk (Tantan Debata) Ayah Raja Batak mati terbunuh di Barus karena diserang Orang Pagaruyung yg dibantu Orang Guzarat, Raja Batak lari ke Sianjur Mula-mula dan di Barus berdiri Kerajaan Fansur (Paccur). Kerajaan Pea Langge berdiri di Utara Barus dengan rajanya UTI (Uteh)

    ReplyDelete
  3. Anda Hobi Bermain BOLA? Atau Suka Judi Bola?
    Tentukan Pilihan Anda sekarang juga bersama kami di BOLAVITA
    Khusus Anda Pecinta Taruhan BOLA dapatkan BONUS CASHBACK SEBESAR 10%

    Ayo Daftarkan Diri Anda Bersama kami di BOLAVITA

    Boss Juga Bisa Kirim Via :
    Wechat : Bolavita
    WA : +6281377055002
    Line : cs_bolavita
    BBM PIN : BOLAVITA ( Huruf Semua )

    Terima kasih .. Salam bolavita

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel